Foto: dokumentasi.pribadi |
Game
berbasis koneksi jaringan bukan merupakan teknologi baru dan bukan suatu hal
yang mengherankan semua lini usia sudah terpapar dengan game semacam ini. Sebut
saja RF Online, Ragnarok, Seal Online, Heva Online, Dragonest, Heroes of
Newerth (HON), Defense of The Ancients (DOTA), Counter Strike Online, Point
Blank (PB), Mobile Legend (ML), Free Fire, Clash Of Clan (COC), Arena Of Valor
(AOV), Player Unknown’s Battle Grounds Mobile (PUBGM) dan masih banyak lagi.
Jika
saya tarik satu hal menarik dari ragam permainan berbasis koneksi jaringan di
atas dan menghubungkannya dengan pembelajaran yang akan dkaji secara umum,
mungkin kata yang tepat untuk mewakili itu adalah kata afiliasi.
Afiliasi
merupakan kata yang diserap dari bahasa inggris affiliation. Penuturan kata
afiliation pertama kali dilakukan di Inggris pada Abad Pertengahan awal dalam
sejarah eropa. Terdapat dua makna afiliasi menurut kbbi online. Pertama
afiliasi bermakna pertalian sebagai anggota atau cabang perhubungan dan kedua
afiliasi bermakna bentuk kerja sama antara dua lembaga pendidikan, biasanya
yang satu lebih besar daripada yang lain, tetapi masinh-masing berdiri sendiri;
bantuan yang diberikan oleh lembaga yang lebih besar dalam bentuk personel,
peralatan, atau fasilitas pendidikan. Lebih lanjut, Arkhadi Pustaka, E-learning
Consultant di Pusat Pengembangan Pendidikan UGM yang merupakan alumnus Jurusan
Teknologi Pembelajran dari Magister Universitas Negeri Yogyakarta dan sekarang
masih melanjutkan studi doktoral di Towson University Baltimore, USA pernah
mengemukakan terkait makna afiliasi yaitu keanggotaan atau keterikatan
seseorang pada sebuah kelompok dengan kesamaan identitas.
Manakala
sekelompok pemain yang siap bekerja sama untuk mengalahkan sekelompok pemain
lainnya pada game berbasis koneksi jaringan inilah yang merupakan konsep
afiliasi dan diimplementasikan dalam stategi untuk meraih kemenangan pada permainan
sejenis ini.
Kemudian
jika dikaitkan dengan pembelajaran yang terjadi disekolah, konsep afiliasi
ditemukan dalam pembelajaran berkelompok atau cooperative learning.
Pembelajaran semacam ini diduga banyak pendidik dapat menjadi solusi pemahaman
yang lebih baik dan mencapai tujuan pembelajaran yang lebih cepat dari pada
pembelajaran secara klasikal individual. Namun, yang harus dipikirkan lebih
lanjut adalah penataan anggota kelompok satu dengan kelompok lainnya yang
berimbang. Jika tidak berimbang bisa jadi malah tidak lebih baik dari
pembelajaran klasikal individual. Jika tetap ngotot ingin melakukan
pembelajaran dengan konsep cooperative learning maka solusinya guru harus
menata ulang anggota kelompok.
Dalam
tatanan pembelajaran yang lebih umum yaitu kehidupan sosial skala lokal maupun
global, secara sadar ataupun tidak, setiap manusia berafiliasi dengan kelompok
atau golongan tertentu. Kemudian afiliasi tersebut berkembang menjadi bagian
dari identitas pribadi yang bersangkutan. Awalnya semua orang beranggapan bahwa
afiliasi dan identitas itu berlaku bolak balik dan akhirnya melupakan bahwa
sejatinya afiliasi dan identitas itu tidak selalu harus berlaku dua arah.
Contoh
kasus nyatanya begini: jalan lintas sumatra terkenal dengan ketidakamanannya
karena banyak orang di sekitar di jalanan tersebut menjarah truk yang membawa
muatan bernilai ekonomi dan mampu melarikan diri secepat bajing yang meloncat.
Kemudian timbullah cerita bahwa orang-orang sumatra itu menakutkan. Padahal
tidak semua orang sumatra memiliki kelakuan seperti itu.
Contoh
lainnya, Ahmad Dhani seorang musisi terkenal di Indonesia, santer terdengar
memiliki afiliasi dengan kelompok orang-orang yahudi. Jika dilihat dari
keturunannya, Ahmad Dhani memang dilahirkan dari ibu beretnisitas Yahudi
bernama Joyce Kohler. Albert Einstein, seorang ilmuan fisika terbesar pada abad
ke 20 dan Sigmund Freud, seorang psikoanalis yang pemikirannya sampai sekarang
masih digunakan dalam ilmu psikologi juga memiliki afiliasi dengan kelompok
orang-orang yahudi. Di sisi lain, bagian barat benua asia, Rebecca yang juga memiliki
afiliasi dengan kelompok orang-orang yahudi menembak mati perawat muda Palestina
Razan Najjar ketika sedang menjalankan tugasnya menjadi perawat di tengah aksi
damai di Gaza tahun lalu. Tanpa mengesampingkan fakta bahwa kelakuan tentara-tentara
israel yang memiliki afiliasi dengan kelompok orang-orang yahudi sangat melanggar
HAM, lantas apa kita semua harus
membenci Ahmad Dhani, Albert Einstein, Sigmund Freud, dan orang-orang yang
memiliki afiliasi dengan kelompok orang-orang yahudi yang berjasa pada dunia?
Acapkali
kita salah karena menyamakan afiliasi dengan generalisasi sehingga menyebabkan
kita terperangkap dalam penilaian tentang seseorang berdasarkan afiliasinya.
Disinilah kita perlu meluruskan lagi pemikiran bahwasanya jikalau kita antipati
dengan tingkah laku seseorang yang memiliki sifat/sikap/karakter tertentu
sejatinya yang kita benci itu adalah tingkah lakunya bukan afiliasinya. Seperti
berita yang sering di rilis di ranah publik, orang yang beragama islam
melakukan pengeboman di berbagai daerah di indonesia yang menjadi fokus
khalayak adalah afiliasi keislamannya padahal harusnya kita tidak bisa serta
merta mengeneralisasikan tingkah lakunya dengan afiliasi keislamannya. Kita
harusnya berang dengan tingkah lakunya bukan dengan afiliasi keislamannya.
Memaknai
afiliasi secara keliru inilah yang membuat stereotipe negatif terhadap suatu
afiliasi mengakar kuat dalam kehidupan sosial skala lokal maupun global.
Masyarakat yang beragama selain islam kadung menganggap umat islam itu non
toleran, saklek, teroris, bahkan menyematkan predikat tukang ngebom. Lalu, apa
yang harus kita lakukan ketika individu yang memiliki afiliasi dengan kelompok
orang-orang tertentu melakukan suatu perbuatan yang melanggar hak-hak
kemanusiaan khalayak? Jawabannya sekali lagi adalah yang perlu kita kecam itu tindakan
yang dilakukannya bukan afiliasi yang melekat padanya.
Sampai
hari ini mungkin masih banyak orang Indonesia yang sentimen dengan etnisitas
Yahudi sebagai suku bangsa, Namun semoga saja tulisan ini bisa membuka pikiran
kita bahwa tindakan seseorang berbeda dengan afiliasi yang melekat adanya.
Jangan pula menggeneralisasikan tindakan seseorang akan sama dengan tindakan
orang lain yang satu kelompok dengannya berbekal afiliasi yang melekat pada kelompok
tersebut karena kehidupan dalam masyarakat lokal maupun global itu tidak
semudah pindah afiliasi seperti pindah afiliasi pada game berbasis koneksi
jaringan.
Salam
perbaikan dari kegagalan berpikir. Salam akal sehat. Salam damai.
Komentar
Posting Komentar