Kondisi cuaca yang
tidak menentu di Indonesia, seperti kejadian baru-baru ini di Banjarnegara Jawa
Tengah dimana akibat cuaca yang sangat dingin sehingga pada pagi hari, embun
yang membasahi daun berubah menjadi embun “upas” atau embun yang membeku pada menyebabkan
daun layu dan menghitam berimbas 78 Hektar lahan kentang di daerah tersebut rusak,
kekeringan yang menyebabkan tanaman semangka petani Pasuruan terancam gagal
panen, Banjir di Brebes membuat ribuan hektar bawang membusuk menjadikan
Indonesia nampaknya perlu mencoba cara bertani yang tidak bergantung pada cuaca
untuk menghindari gagal panen.
Terlebih lagi, per
tahun 2030 populasi di Indonesia diperkirakan 345 juta jiwa berbanding terbalik
dengan jumlah petani yang merosot tajam dalam 10 tahun terakhir. Survei yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS), memberikan
informasi jumlah rumah tangga usaha tani
di Indonesia pada 2003 sebanyak 31,17 juta kemudian sepuluh tahun berikutnya
yaitu tahun 2013 jumlah rumah tangga petani merosot menjadi 26,13 juta. Merosot
kurang lebih 5 juta selama sepuluh tahun atau dirata-rata 1,75 persen per
tahun. Lebih lanjut, tingginya perkembangan infrastuktur dengan banyaknya
berdirinya perumahan-perumahan, gegung-gedung, pusat perbelanjaan, dan
infrastuktur lainnya membuat lahan yang ada menjadi semakin terkuras.
Permasalahan cuaca
yang semakin labil, merosotnya jumlah petani tiap tahun, dan lahan yang semakin
terbatas akan menjadi ancaman dalam memberlangsungkan ketersediaan pangan
terlebih dengan kualitas produk yang higienis, jumlah yang melampaui kebutuhan,
sekaligus harga yang murah terjangkau.
Indonesia memiliki
aset sumber daya manusia yang melimpah yang harus diberdayakan utamanya para
pemuda. Pada tahun 2017, Merial Institute
mempublikasikan hasil kajian pembangunan kepemudaan nasional dimana jumlah
golongan muda Indonesia meningkat, mirisnya angka pengangguran menjadi
bertambah, para pemuda tak lagi melirik petani sebagai pekerjaannya karena
pekerjaan sebagai petani dianggap kurang bergengsi.
Nampaknya untuk
menarik minat pemuda menjadi petani, trend pertanian harus berevolusi dari
pertanian menggunakan tanah dimana pekerjaan tersebut telah memiliki stigma
berpanas-panasan dan kotor ke arah pertanian modern indoor farming yang dilakukan di tempat yang bersih dan lahan
“dinas” yang cantik.
Indoor farming
adalah suatu cara dalam memproduksi komoditi pangan dalam skala kecil maupun
besar yang tidak memerlukan tanah/lahan luas, dilakukan ditempat tertutup
didalam maupun diluar ruangan dengan menggunakan media air (hidroponik), kolam
(akuaponik), atau udara (aeroponik).
Konsep bertani
bersih indoor farming menjadi upaya agar para pemuda memiliki ketertarikan
menjadi petani “modern”. Selain itu, dengan indoor
farming disinyalir tidak ada istilah gagal panen karena cuaca, lahan yang
digunakanpun dapat di mana saja seperti basement, atap rumah, kontainer,
gedung-gedung tinggi, dan lain-lain.
Idealnya, indoor
farming menggunakan kombinasi hidroponik, akuaponik, atau aeroponik dan cahaya
buatan. Teknologi tersebut dikenal dengan nama controlled-environment agricultural (CEA)
yang berfungsi untuk menjaga suhu, kelembaban, serta cahaya Namun biaya yang
dikeluarkan dengan menggunakan teknik ini tidaklah murah sehingga penggunaan
rumah kaca dapat menjadi solusi efektif dengan menggabungkan sumber daya alam
dan sumber daya buatan.
Pengenalan bertani
dengan cara indoor farming dapat dirintis dari sekolah-sekolah kejuruan
berbasis pertanian. Bentuk sederhana dari bertani indoor farming yaitu penggunaan rumah kaca berbasis indoor farming dapat
melatih siswa memproduksi komoditi pangan tanpa harus bertani di lahan terbuka.
Tanaman yang mudah dibudidayakan seperti selada, sawi, kangkung, bayam, tomat,
dan lain-lain dapat menjadi latihan awal pelajar bertani indoor farming.
Para siswa SMK
Kompetensi Keahlian Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura SMK Negeri 1
Kelapa yang ikut terjun langsung bertani indoor
farming menuturkan bahwa indoor farming yang tidak menggunakan pestisida
dalam penerapannya membuat tanaman pangan yang ditanam menjadi lebih sehat,
waktu penanaman menjadi lebih singkat seperti kangkung yang biasa panen setelah
80 hari jika ditanam di lahan terbuka, pada indoor
farming dapat di panen pada umur 45 hari. Selain itu, indoor farming dapat
memberikan hasil panen yang lebih baik dan tidak takut gagal panen.
Komentar
Posting Komentar