Konten bermuatan kontroversial dibuku pelajaran sekolah sudah cukup aneh dapat beredar luas dipasaran yang harusnya sudah melewati tahapan-tahapan tertentu sebelum dipasarkan. Namun dinegara ini, animasi populer "your name" muncul sebagai konten di salah satu buku pelajaran sekolah menengah. Konten animasi ini dimuat di buku pendidikan etika yang mana pendidikan etika di negara ini merupakan mata pelajaran resmi, tentunya bukan tanpa maksudnegara ini menampilkan konten animasi populer "your name" di dalam buku pelajaran disekolah,cerita animasi your nameberkisah tentang seorang siswi dipedesaan Jepang bertukar tubuh dengan seorang siswa di Kota Tokyo sejalan dengan materi yang akan dibahas pada buku pelajaran ini yaitu tema LGBT dan tema update lainnya seperti perundungan (bullying) melalui smartphone, sosial media dan sejumlah masalah moral yang terkait dengan penggunaan teknologi informasi.
Negara ini adalah negara Jepang. Di Jepang sendiri, film animasi your name yang diputar secara luas dibanyak negara terutama negara maju lebih dikenal dengan nama Kimi no Na wa. Berbeda dengan konten bermuatan kontroverisal di buku pelajaran sekolah yang cenderung ngawur dan ada pula bermuatan pornografi yang sempat viral beberapa waktu lalu di Indonesia, Konten animasi your name dalam buku pelajaran sekolah di Jepang adalah suatu inovasi yang cocok dilakukan di era milenial yang dilakukan pemerintah jepang dalam membelajarkan pendidikan moral untuk siswa siswi dinegaranya.
Di negeri sendiri, tentunya bangsa ini dikenal menganut budaya ketimuran yang selalu mengedepankan etika dan tata krama dalam kebiasaan keseharian masyarakatnya. Namun ironinya perubahan besar dalam bidang komunikasi dan informasi yang membebaskan generasi milenial dalam mengakses budaya luar menggerus karakter kearifan lokal yang selama ini ada. Jelas terlihat perbedaan karakter siswa era milenial dengan siswa sebelum memasuki abad 21.
Siswa era milenial tumbuh dan berkembang ditengah terpaan kecanggihan teknologi digital. Era masa kini yang serba cepat dan instan untuk mendapatkan sesuatu sedangkan siswa yang mengenyam pendidikan sebelum abad 21 tumbuh dan berkembang dalam lingkungan apa adanyayang sebagian besar harus bekerja keras untuk mendapatkan keinginanya. Perbedaan lingkungan dari masa ke masa tentu saja membentuk perbedaan karakter siswa sehingga berimplikasi kepada perbedaan siswa dalam cara mempelajari sesuatu dan mengaktualisasikan diri mereka.
Sekolah sebagai lingkungan formal pembentuk sikap, pengetahuan, dan keterampilan siswa, seperti yang selama ini kita lihat tidak pernah melakukan perubahan signifikan dalam pembelajaran yang memasuki era milenial sementara karakter siswa telah berubah secara signifikan. Untuk itu, pembelajaran disekolah harus beradaptasi dengan karakter milenial para siswanya. Seperti yang dilakukan Jepang dengan memasukan animasi your name sebagai introduksi dari materi yang akan dipelajari, pembelajaran sekolah di negeri ini pun dapat berorientasi pada personalized learning. Sistem personalized learning ini menantang guru untuk dapat memperdalam pemahaman karakter dan potensi tiap-tiap siswa. Setelahnya, guru melakukan pendekatan pembelajaran sesuai dengan karakter dan potensi tiap-tiap siswayang bertujuan agar transfer ilmu yang dilakukan guru tersampaikan sesuai dengan kapasitas siswa. Perlu diingat bahwa dalam pembelajaran disekolah sebenarnya tidak ada siswa yang gagal, mereka hanya memerlukan waktu yang lebih dari siswa lainnya untuk mendapatkan transfer ilmu yang dilakukan guru.
Tata letak atau layout susunan tempat duduk siswa dikelas merupakan susunan konvensional yang tidak pernah berubah dari dulu sejak gurunya menjadi siswa sampai gurunya beralih menjadi guru dan membelajarkan siswa-siswannya. Padahal sejatinya susunan tempat duduk mempengaruhi hubungan antar siswa dan guru pada saat pembelajaran berlangsung. Penelitian yang dilakukan oleh Moses Waithanji Ngware yang dimuat dalam Jurnal SciRes tahun 2013 mengemukakan bahwa siswa yang duduk di barisan depan mendapatkan skor dalam pembelajaran lebih tinggi dibandingkan siswa yang duduk di barisan lainya. Untuk itu, susunan tempat duduk konvensional ini tidak lagi tepat digunakan dalam pembelajaran era milenial. Susunan tempat duduk siswa yang paling ideal adalah susunan tempat duduk melingkar satu lapis. Susunan semacam ini memungkinkan seluruh siswa memiliki kesempatan akses yang sama dalam membangun komunikasi baik komunikasiantar sesama siswa, dengan guru, maupun dengan penunjang pembelajaran yang lainnya ketika pembelajaran berlangsung. Sayangnya susunan tempat duduk melingkar satu lapis ini sangat minim di terapkan di kelas padahal layout seperti ini dapat menjadi titik awal inovasi pembelajaran berbasis milenial.
Kesimpulannya, guru sebagai garda terdepan dalam pembelajaran disekolah diharapkan mampu melakukan inovasi berbasis karakter milenial siswanya untuk membuat siswa betah belajar di sekolah. Selanjutnya, diharapkan pendidikan di Indonesia sedikit demi sedikit menampakan sinar terang perubahan mengikuti era nya yang tidak hanya memberikan nilai positif untuk siswa tetapi juga dapat berkontribusi meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.
Komentar
Posting Komentar